Pembangunan berkelanjutan memiliki dimensi waktu yang terkait dengan sejarah masa lalu dan masa depan manusia, juga dimensi ruang yang mencerminkan setiap wilayah memiliki keunikan ekosistem dimana terjadi interaksi manusia dengan alam lingkungannya. Berbagai perubahan telah dan tengah terjadi secara mendasar dan besar, terutama selama 200 tahun terakhir.

Jumlah penduduk dunia berubah dengan drastis dari satu milyar jiwa pada 1806 hingga mencapai lebih dari 6 milyar jira pada 2006 ini. Peningkatan tersebut tidak saja dalam hal kuantitas, tetapi juga terkait dengan kualitas gaya dan pola hidup yang terus didorong oleh inovasi teknologi, perubahan institusi, besaran investasi dan jaringan informasi. Konsep pembangunan berkelanjutan amat beragam, namun ada kesamaan prinsip yang mendasarinya. Penting pula dikemukakan disini berbagai tantangan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.


1. Kita di Tengah Perubahan
Ketika kita hidup di zaman sekarang ini, mampukan menengok sejarah ke belakang dan menatap masa depan? Ibarat berkendaraan kita harus menatap kedepan, sambil sesekali perlu melihat kaca spion samping kanan dan kiri maupun belakang. Kita terus bergerak ke masa depan yang cepat berubah, waktu terus berjalan dan tidak mungkin menghentikannya atau pun memutar ulang kembali ke masa silam. Masa lalu adalah kenangan dan pelajaran berharga untuk menjalani kehidupan masa kini menuju masa depan.

Peradaban umat manusia mengalami perubahan yang dahsyat dalam sejarah, terutama setelah abad pertengahan. Dimulai dengan Renaissance pada awal abad XIV sampai awal abad XVII yang diawali dengan gerakan kebudayaan mencakup berbagai kesenian yang hidup di masyarakat sebagai penggerak dinamika perkembangan zaman. Berbagai pandangan baru dan penemuan-penemuan empiris ilmu pengetahuan membongkar berbagai kemapanan tradisi. Berbagai penemuan yang mendasari peradaban baru, cukup mencengangkan masyarakat pada zamannya, sehingga sempat terjadi pula berbagai ketegangan dan perseteruan faham dikalangan para penganut tradisi dan penemu baru. Berbagai penemuan baru tersebut menggerakkan masyarakat yang selama ini dibawah kungkungan kegelapan dogma, seperti memperoleh pencerahan.


Gerakan itu kemudian diikuti dengan Pencerahan atau Enlightment yang gencar dilakukan pada awal abad XVIII. Kemudian disusul dengan Revolusi Industri yang dimulai pada pertengahan abad XVIII sampai pertengahan abad XIX. Masyarakat menjadi lebih tergerak untuk mengembangkan pemikiran dan menguji temuan-temuan baru. Pada 1769 James Watt dicatat sebagai pembuat mesin uap hasil penyempurnaan temuan sebelumnya, sehingga memicu revolusi industri. Berbagai mesin dikembangkan untuk menggerakkan kapal, kereta api dan mobil. Mesin-mesin industri juga bermunculan untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi secara masal. Penemuan-penemuan ini merubah kehidupan manusia yang semula mengandalkan tenaga hewan dan tenaga manusia untuk melakukan produksi, transportasi dan kegiatan hidup lainnya, menjadi mengandalkan mesin.

Seiring dengan dikembangkan mesin-mesin tersebut, para ahli mengembangkan sumber energi mulai dari batubara hingga ditemukan minyak bumi yang diambil dari perut bumi. Energi fosil yang prosesnya memerlukan waktu jutaan tahun menjadi andalan untuk kehidupan manusia modern. Kini umat manusia sangat tergantung pada sumber energi alam yang sulit diperbaharui (non-renewable) dan sampai kapan akan bertahan, tentu tidak lama lagi segera habis. Energi panas bumi, gas alam dan nuklir terus dikembangkan menyusul permintaan energi yang meningkat pesat. Riset dan pengembangan energi terbarukan (renewable) yang lebih bersih seperti energi matahari terus dilakukan untuk menjawab kebutuhan yang semakin meningkat dimasa depan.


Seiring dengan penemuan dalam bidang teknik dan rekayasa yang ditandai dengan pengembangan mesin-mesin modern dan munculnya industri-industri skala besar, muncul pula perubahan sosial ekonomi. Pada tahun 1776, Adam Smith mengemukakan pendapat dan berdebat tentang ekonomi pasar bebas dan melahirkan atau dianggap sebagai awal dari ilmu ekonomi. Dasar awal Ilmu Ekonomi  yang lahir pada 1776 populer dengan nama pada awalnya sebagai ekonomi politik (Mubyarto, 1987). Perkembangan tersebut diikuti dengan berbagai perubahan besar-besaran baik dalam kerekayasaan industri maupun pemanfaatan sumberdaya alam. Belakangan istilah ekologi mulai populer digunakan oleh seorang sarjana Jerman yaitu Ernst Haeckel pada tahun 1869 (Dwidjoseputro, 1991).


Ekspansi manusia menguasai dunia dilakukan dengan kolonialisme yang terus berlangsung dari abad XVI hingga pertengahan abad XX. Pada masa itu terjadi eksploitasi manusia atas manusia melalui perbudakan, kaum negro dari Afrika dipekerjakan di benua baru Amerika untuk membuka lahan pertanian, mengelola peternakan, mengeksploitasi pertambangan, dll. Sementara itu di Asia dan di Latin Amerika terjadi penghisapan nilai tambah dari sumberdaya alam yang telah diolah penduduk setempat, kemudian diangkut ke negara-negara Eropa yang kini maju dan makmur. Bangsa Eropa juga menduduki benua baru Australia yang dijadikannya sebagai ekspansi wilayah dan pengaruh di Timur.

Penjajahan manusia dan penjarahan sumberdaya alam yang dilakukan oleh bangsa Eropa terhadap bangsa-bangsa lain terutama Asia dan Afrika, telah menimbulkan berbagai gejolak dan konflik. Surplus yang dihasilkan melalui kegiatan pertanian untuk bahan pangan dan kegiatan pertambangan untuk bahan baku industri, dimanfaatkan untuk mengembangkan industri di negara-negara maju.


Perdagangan berlangsung tidak seimbang dan seringkali diwarnai dengan percekcokan dan bahkan peperangan diantara negara-negara penjajah yang kuat. Mereka saling beradu pengaruh dalam menguasai wilayah jajahan dan jalur perdagangan. Penjajahan telah berlangsung lama dan membawa perubahan, di satu sisi memberikan kemakmuran dan di sisi lain menimbulkan penderitaan.
Perang Dunia mengakhiri masa penjajahan, yang diikuti dengan bangkitnya sejumlah negara bekas jajahan untuk memerdekakan diri. Negara kuat dan maju yang menang perang maupun yang kalah perang mengembangkan diri sehingga membawa suasana persaingan dalam bidang teknologi, industri, dan perdagangan. Negara-negara yang baru merdeka nampak mengembangkan diri dengan laju pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat. Sehingga kini banyak negara berlomba-lomba memacu pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi dan peningkatan kemakmuran.


Perkembangan peradaban ini mendorong peningkatan jumlah penduduk yang luar biasa. Perbaikan dalam bidang makanan dan gizi, peningkatan kesehatan, peningkatan kualitas hidup mendorong orang untuk terus berkembang, termasuk melangsungkan keturunan. Fenomena “ledakan penduduk” tidak terelakkan lagi, hanya sekitar dua abad terakhir jumlah penduduk dunia berkembang dahsyat dari sekitar satu milyar menjadi enam milyar. Bagaimana masa depan manusia dan nasib bumi kita, bila kecenderungan jumlah penduduk terus meningkat dan konsumsi terus berkembang pula?

Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang sangat pesat dengan distribusi yang tidak merata karena hampir 70 persen menempati Pulau Jawa yang luasnya hanya sekitar 7 persen dari luas daratan. Perkembangan pembangunan juga beragam dan mengalami percepatan yang berbeda, mulai dari masyarakat pedalaman hutan yang masih hidup sederhana dengan meramu dan berburu secara berpindah-pindah hingga masyarakat modern pasca industri yang memanfaatkan kemajuan teknologi dan menikmati gaya hidup mewah dengan mobilitas tinggi.


Perkembangan pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia memungkinkan untuk mengontrol ketidak-pastian dan mengelola perubahan untuk mencapai kemajuan. Terkait dengan perkembangan tersebut, jumlah penduduk terus meningkat seiring dengan perbaikan kesehatan dan kualitas hidup serta lingkungan disekelilingnya. Perubahan ini menjadi titik tolak “ledakan jumlah” penduduk dunia.


Penduduk dunia yang selama berabad-abad berkisar dibawah setengah juta jiwa, sejak revolusi industri meningkat pesat. Pada tahun 1806 jumlah penduduk dunia baru mencapai 1 miliar. Secara berangsur-angsur jumlah penduduk naik menjadi dua miliar pada tahun 1927, kemudian naik lagi menjadi tiga miliar pada tahun 1960an. Hanya dalam waktu kurang dari setengah abad atau antara tahun 1960-2000, penduduk dunia telah meningkat berlipat menjadi enam miliar jiwa. Kecenderungan ini masih terus berlanjut sebagaimana yang ditunjukkan kurve yang menyerupai huruf J ini, bahwa jumlah penduduk dunia diprediksi akan mencapai angka 7,6 milyar pada tahun 2020 (Mossarovic and Pestel, 1974 dalam Zen, 1979 dan Kompas Millenium III, 1 Januari 2000).
 
 
 http://murjito9.blogspot.com/2011/12/jati-diri-kepemimpinan-dalam-konsep.html
 
Top